------------------------------

Daftar 8 Hidup Singkat yang Menginspirasi


Meninggal dunia di usia muda merupakan tragedi yang mengerikan. Namun, beberapa orang melakukan begitu banyak hal dengan beberapa tahun hidup mereka di bumi dan mereka akan terus menginspirasi banyak generasi. Berikut merupakan orang-orang yang luar biasa, yang tidak berhasil melewati usia 25, menunjukkan bahwa bukan berapa lama waktu yang anda miliki di bumi, melainkan apa yang anda telah lakukan. Berikut Daftar 8 Hidup Singkat yang Menginspirasi :

1. Terry Fox

Pada bulan Maret 1977, Terry Fox, seorang warga Kanada berusia 18 tahun, didiagnosa menderita kanker tulang. Kanker yang dideritanya semakin parah sehingga kaki kanannya harus diamputasi. Setelah itu ia harus menjalani kemoterapi dengan kemungkinan bertahan hidup sebesar 50%. Malam sebelum ia diamputasi, Terry diberi sebuah artikel tentang Dick Traum, orang pertama yang berlari di New York Marathon dengan kaki palsu. Artikel ini menginspirasi Terry, karena ia geram dengan kurangnya perhatian dan pendanaan yang didedikasikan untuk penelitian kanker mengingat penyakit mematikan ini bisa menyerang siapa saja. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan berniat berlari marathon melintasi kanada sejauh 5.000 mil untuk mendapatkan perhatian masyarakat Kanada tentang bahaya Kanker dan mengumpulkan dana untuk penelitian Kanker.
Meski sempat ditentang banyak orang, termasuk ibunya, Betty Fox, Terry tetap mewujudkan keingingannya. Ia sempat menulis kepada beberapa perusahaan tentang rencananya tersebut, dan ditanggapi oleh beberapa perusahaan seperti Ford yang memberinya van kemping dan Adidas yang memberinya sepatu. Ia memulai marathonnya pada 12 April 1980 dari St John, Newfoundland dan berencana finish di pantai barat Pulau Vancouver pada 10 September.
Dengan menggunakan kaki kanan palsu, Terry Fox berlari tertatih-tatih melintasi jalan-jalan di Kanada. Meski semula banyak orang tak menghiraukan aktivitas Terry, lama-kelamaan perjuangan ini menarik perhatian. Bagai gelombang, antusiasme masyarakat makin lama makin besar.
Meski Terry pantang menyerah, penyakit kanker agaknya lebih cepat dan lebih ganas menyerang. Tanggal 1 September 1980 adalah hari ke-143 Terry melakukan Marathon of Hope. Perjalanan pun sudah ditempuh sejauh 5.373 km dan Terry sudah mencapai Thunder Bay, Ontario.
Saat itu Terry merasakan dadanya amat sakit. Ia lalu dilarikan ke rumah sakit. Ternyata kanker sudah menyerang paru- paru. Dokter meminta Terry menghentikan aktivitasnya. Keinginan Terry untuk melintasi Kanada sejauh 5.000 mil dan ingin merendam kaki palsunya di Lautan Atlantik pun sirna. Pada tanggal 28 Juni 1981, Terry Fox meninggal pada usia 22 tahun.

2. Iqbal Masih

Lahir dari keluarga miskin di pinggiran Lahore, Pakistan pada tahun 1982, Iqbal dijual sebagai budak anak pada usia empat tahun. Dia dipaksa untuk bekerja di bagian alat tenun karpet, dan kadang-kadang dirantai saat bekerja. Ia dipukuli dan jarang diberi makan, membuatnya menjadi kurang gizi. Ia dijual untuk bekerja selama 12 jam sehari selama enam tahun ke depan.
Hingga pada tahun 1992, ia melarikan diri dari pabrik. Ia kemudian masuk ke sekolah dan belajar membaca dan menulis. Dari sana, ia menjadi aktif dalam kampanye untuk membebaskan ratusan anak-anak lain dari perbudakan. Dia melakukan perjalanan ke banyak negara di mana ia berbicara kepada sekolah-sekolah dan kepada kelompok masyarakat tentang kengerian pekerja anak. Ia memenangkan Reebok Human Rights Award dan berencana menggunakan hadiah sebesar $ 15.000 untuk melanjutkan pendidikan ke universitas dan menjadi seorang pengacara. Univeristas Brandeis  di Waltham, Massachusetts, menawarinya beasiswa penuh.
Sayangnya, beberapa bulan setelah kembali ke rumahnya di Pakistan, Iqbal yang saat itu berusia 12 tahun, dibunuh pada tanggal 16 April 1995. Hingga kini belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, tetapi secara drastis mempengaruhi penjualan karpet di Pakistan, dengan penjualan menurun sebesar $ 10 juta hanya dalam waktu satu bulan.
Hidup Iqbal dan kematiannya membawa perhatian baru akan nasib pekerja anak. Iqbal juga menjadi inspirasi bagi badan amal lainnya seperti Free the Children, yang dimulai oleh seorang anak Kanada berusia 12 tahun bernama Craig Kielburger pada tahun 1995.

3. Sophie Scholl

Sophia Magdalena Scholl (lahir 9 Mei 1921 – meninggal 22 Februari 1943 pada umur 21 tahun) adalah seorang anggota gerakan perlawanan non-kekerasan Anti-Nazi Mawar Putih (Weiße Rose) pada era Jerman Nazi. Ia mengambil jurusan biologi dan filsafat di Universitas München pada bulan Mei 1942.
Pada awal musim panas 1942, Sophie bergabung dengan organisasi Mawar Putih. Organisasi ini dibentuk pada bulan Juni 1942, Scholl dan lima orang anggota lain secara diam-diam membagikan brosur dan pamflet yang meminta orang-orang untuk menentang Reich Ketiga atau Jerman Nazi. Kelompok ini dibentuk setelah pacar Scholl menulis dari Front Timur merinci kekejaman yang dilakukan oleh Nazi.
Ia ditangkap pada 18 Februari 1943 setelah ia dan kakaknya terlihat menyebarkan White Rose pamflet oleh seorang penjaga gedung di Universitas Munich yang melaporkan tindakan mereka. Empat hari kemudian, tanggal 22 Februari, hakim Roland Freisler menjatuhkan vonis hukuman mati dengan guillotine kepada Sophie, kakaknya Hans Scholl, dan rekannya Christoph Probst. Mereka dianggap mengkhianati pemerintah. Ketiganya dieksekusi di penjara München-Stadelheim beberapa jam kemudian.
Salah satu pamflet mereka diselundupkan ke luar negeri dan diberikan kepada sekutu, yang kemudian disebarkan melalui udara sebanyak jutaan copy di atas Jerman. Hari ini, Scholl dan anggota lain dari White Rose dianggap sebagai pahlawan di Jerman.

4. Nkosi Johnson

 
Sejak munculnya, HIV/AIDS telah merenggut banyak nyawa terutama di benua Afrika. Sekitar 70% kematian dari penyakit mematikan ini terjadi di Afrika. Salah satu korbannya, yaitu sorang warga Afrika Selatan, Nkosi Johnson, yang dilahirkan dengan AIDS pada tanggal 4 Februari 1989. Ketika ia berumur dua tahun, ibunya meninggalkannya di sebuah pusat perawatan bagi penderita HIV. Dia kemudian diadopsi oleh seorang perawat yang bekerja di sana, tetapi ketika mereka mencoba untuk mendaftarkan Nkosi di sekolah, mereka menemukan banyak hambatan. Sekolah tidak ingin menerimanya hanya karena ia seorang pengidap HIV. Ibu angkat Nkosi mulai berjuang hingga ke pengadilan dan menjadi berita utama di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan kebijakan-kebijakan baru yang memungkinkan anak-anak penderita HIV/AIDS untuk dapat bersekolah.
Nkosi telah menjadi wajah dari sekitar 200 anak yang lahir setiap hari dengan HIV. Tanpa perawatan yang tepat, mereka hanya memiliki 25% kesempatan hidup melewati usia 2 tahun. Pada tahun 2000, pada usia 11 tahun, Nkosi diundang untuk berbicara di Konferensi International AIDS di mana ia menyampaikan sebuah pesan yang mengharukan : “Kita semua manusia yang sama. Kami memiliki tangan.  Kami memiliki kaki. Kami dapat berjalan.  Kami dapat berbicara. Kami memiliki kebutuhan seperti orang lain. Jangan takut kepada kami, karena kita semua sama”.
Nkosi meninggal pada 1 Juni 2001. Nelson Mandela menyebutnya sebagai "Ikon untuk perjuangan hidup".

5. Anne Frank

Annelies Marie "Anne" Frank (12 Juni 1929 – Februari/Maret 1945) adalah seorang gadis keturunan Yahudi yang sangat dikenal karena tulisannya dalam sebuah buku harian ketika ia bersembunyi bersama keluarganya dan tujuh orang lainnya di Achterhuis, Amsterdam semasa pendudukan Nazi di Belanda pada Perang Dunia II. Setelah bersembunyi selama dua tahun, mereka ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi yang mengakibatkan seluruh penghuni Achterhuis tewas kecuali Otto Frank, ayah Anne. Saat Otto kembali ke Amsterdam, asistennya yang bernama Miep Gies menyerahkan buku harian Anne yang ditemukannya. Otto berusaha mempublikasikan buku tersebut karena ia mengetahui harapan putrinya untuk menjadi seorang penulis.
Buku harian tersebut diberikan kepada Anne pada ulang tahunnya yang ketiga belas dan mencatat rentetan peristiwa-peristiwa kehidupan Anne dari 12 Juni 1942 hingga catatan terakhir pada 1 Agustus 1944. Akhirnya buku harian itu diterjemahkan dari bahasa Belanda ke berbagai bahasa dan menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia. Beberapa produksi teater dan film juga mengangkat tema diari ini. Buku harian yang digambarkan sebagai karya yang dewasa dan berwawasan ini menyodorkan potret kehidupan sehari-hari yang mendalam di bawah pendudukan Nazi. Melalui tulisannya, Anne Frank menjadi salah satu korban Holocaust yang paling banyak dibicarakan.

6. Samantha Smith

Samantha Reed Smith (lahir 29 Juni 1972 – meninggal 25 Agustus 1985 pada umur 13 tahun) adalah seorang pelajar, aktivis perdamaian dan aktris cilik asal Manchester, Maine, Amerika Serikat, yang terkenal pada masa Perang Dingin antara Uni Soviet-Amerika Serikat. Pada saat itu baik warga Amerika Serika maupun Uni Soviet  khawatir akan terjadinya perang nuklir antara kedua negara tersebut. Pada tahun 1982, Samantha menulis surat mengenai ketakutannya terhadap perang nuklir kepada Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Yuri Andropov. Isi suratnya sebagai berikut :
"Kepada Tuan Andropov
Nama saya Samantha Smith. Saya berumur 10 tahun. Selamat atas tugas baru Anda. Saya selama ini khawatir Amerika dan Uni Soviet akan terlibat dalam perang nuklir. Apakah Anda akan menyatakan dukungan terhadap peperangan atau tidak? Jika tidak, tolong Anda jelaskan bagaimana usaha Anda agar tidak terjadi peperangan. Pertanyaan ini tidak perlu anda jawab, tetapi saya hanya ingin tahu mengapa Anda ingin menaklukkan dunia atau setidaknya negara kami. Tuhan telah menciptakan dunia bagi kita untuk hidup bersama dalam damai dan bukan untuk berperang.
Dengan Hormat,
Samantha Smith"
Hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada saat itu memang mengalami ketegangan, namun Andropov menyempatkan diri untuk membalas surat gadis kecil tersebut. Dalam suratnya, Andropov mengatakan bahwa Uni Soviet tidak punya keinginan untuk berperang dan sibuk membangun infrastruktur mereka. Andropov bahkan mengundang Samantha untuk mengunjungi negaranya, yang kemudian ia terima. Ketika berada di Uni Soviet, dari tanggal 7 hingga 21 Juli 1983, meskipun tidak sempat bertemu dengan Andropov, ia diikuti oleh beberapa kru televisi dan kedua negara adidaya tersebut melihat kilasan tentang kehidupan orang-orang di sisi lain Perang dingin, membuatnya terkenal di kedua negara.
Samantha menarik banyak perhatian media di kedua negara dan dijuluki sebagai "Duta Perdamaian". Ia juga menjadi "Duta Amerika Termuda" yang berpartisipasi dalam kegiatan perdamaian di Jepang. Samantha kemudian menulis sebuah buku yang mengisahkan tentang pengalamannya saat berkunjung ke Soviet dan membintangi sebuah serial televisi berjudul Lime Street.
Pada tanggal 25 Agustus 1983, pesawat yang ia dan ayahnya tumpangi jatuh dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan keduanya. Setelah kematiannya, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev dan Presiden Amerika Ronald Reagan mengirimkan surat bela sungkawa kepada ibu Samantha. Perjuangan Samantha mewujudkan perdamaian dunia mendapat apresiasi beragam. Pemerintah Uni Soviet membuat sebuah perangko bergambar Samantha dan membangun sebuah monumen di Moskow. Sementara itu, pemerintah negara bagian Maine menetapkan setiap hari Senin pertama di bulan Juni sebagai hari Samantha Smith dan sebuah patung dirinya ada di Maine State Museum.

7. Sam Berns

Progeria merupakan penyakit yang sangat langka yang menyebabkan anak-anak mengalami penuaan dini dengan kecepatan yang berkisar 4-7 kali lipat dari proses penuaan normal. Mereka yang mengidap penyakit ini hanya bisa bertahan hidup hingga sekitar pertengahan usia remaja, dan akan meninggal akibat serangan jantung atau stroke. Saat ini belum ada obatnya, meskipun hanya ada sekitar 200 kasus yang diketahui di dunia.
Salah satunya adalah Sam Berns, yang tinggal di Foxborough, Massachusetts, Amerika Serikat, dan ditampilkan dalam sebuah film dokumenter HBO berjudul "Life According to Sam", yang kisahnya dimulai ketika ia berusia sekitar 13 tahun dan mendokumentasikan hidupnya selama tiga tahun. Dalam pembukaan ia menjelaskan ingin didokumentasikan karena ia ingin orang-orang mengenalnya tetapi bukan untuk dikasihani. Sam yang merasa tidak punya waktu untuk mengasihani dirinya mengatakan, "Saya dikelilingi oleh orang-orang yang saya sayangi, dan saya akan terus maju".
Sam juga memiliki beberapa hobi dan kegemaran dalam hidupnya yang singkat, termasuk bermain drum dan basket. Sam ingin bermain di marching band sekolahnya tetapi ia hanya memiliki berat tubuh sekitar 50 pon (23 kg) sedangkan harness drum seberat 40 pon (18 kg). Jadi Sam dan orang tuanya memesan sebuah drum khusus yang bisa ia gunakan, yang merupakan analogi yang baik untuk bagaimana ia memandang hidupnya. Ia tidak menyerah pada halangan dan terus berusaha maju, yang merupakan salah satu pesannya mengenai filosofinya untuk hidup bahagia ketika diwawancara TEDxMidAtlantic.
Sebagai penggemar olahraga, Berns kerap muncul di acara-acara olahraga. Pada tanggal 11 Januari 2014, Sam seharusnya menjadi kapten kehormatan untuk tim New England Patriots yang berhadapan dengan Indianapolis Colts di play-off NFL. Namun, hal itu tidak pernah terjadi, karena Sam meninggal dunia sehari sebelumnya pada tanggal 10 Januari 2014 di usianya yang ke-17. Ucapan dukacita untuk Berns pun membanjir dari banyak kalangan. "Dia adalah pemuda spesial dan inspiratif, dengan kisah dan pandangan positifnya tentang kehidupan telah menyentuh hati saya," kata pemilik Patriots, Robert Kraft.

8. Stephen Sutton

Ketika berusia 15 tahun, Stephen Sutton divonis mengidap kanker usus stadium terminal. Di tengah perjuangannya melawan kanker, ia mulai ikut berpartisipasi dalam sebuah badan amal Teenage Cancer Trust yang membantu orang-orang muda penderita kanker.
Pada Januari 2013, dengan tujuan mengumpulkan dana £ 10.000 (sekitar 200jt rupiah) Stephen meluncurkan sebuah website dan blog. Ia juga menulis beberapa daftar hal-hal yang ingin ia lakukan sebelum meninggal, seperti skydiving, mendapatkan tato dan bermain drum di depan banyak orang. Dan satu-per-satu daftar tersebut tercapai. Ia melakukan skydiving, mendapatkan tato, hingga bermain drum di depan 90.000 penonton pada Final Piala UEFA tahun 2013.
Setelah mendapat dukungan yang tak terduga dari berbagai kalangan, jumlah dana pada blognya dinaikkan menjadi £ 100.000 dan £ 500.000 di tahun yang sama, hingga mencapai £ 1.000.000 pada Maret 2014. Selama kampanye penggalangan dana itu, Sutton didukung oleh beberapa selebriti, seperti Jimmy Carr, Jonathan Ross dan Jason Manford.
Target Sutton untuk £ 1.000.000 tercapai pada tanggal 23 April 2014. Kondisinya terus menurun, hingga pada tanggal 14 Mei 2014, Sutton meninggal dunia di Rumah Sakit Queen Elisabeth di Birmingham di usianya yang ke-19. Selebriti dan publik figur dunia ikut merasa sedih dengan kepergian Stephen. Termasuk Perdana Menteri Inggris, David Cameron, yang ikut menuliskan rasa duka mendalamnya lewat Twitter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar